Kamis, 26 Maret 2009

Rujak Jahiliyah..

Seperti biasanya, kalau sudah ngumpul ada saja topik yang kami bahas. Seperti saat ini, dua kakak dan dua teman kakaku yang memang sering main kerumah kami sambil ngerujak. Tapi aku nggak suka rujak, paling ngerecokin mereka dengan mencomot bengkoang, nanas dan jambunya, tentu aja dengan pelototan dari mereka berempat... heheheh.. siapa suruh ngerujak, udah tahu aku nggak suka rujak, tapi dibikin saat aku ada.. apalagi sekarang, aku hanya bisa duduk dirumah, dan sesekali mondar mandir didalam ruangan.. biasa..korban balapan ama Valentino Rossi. Meskipun nggak suka rujak, tapi suka makan bengkoang, nanas dan jambunya, jadi bisa nimbrung...



Lho kok aku malah nyeritain kesukaanku yah...hehehhe... melihat di televisi ada iklan susu formula, seorang anak memanggil ibunya dengan sebutan 'Bunda', aku nyeletuk, "Kok sekarang banyak orang tua, yang ngajarin anaknya manggil Bunda ya..?"

Memang, nggak bisa dipungkiri.. jamannya aku kecil, ibu-ibu disekelilingku banyak yang memanggilnya dengan sebutan mama atau mami. Nah, sekarang jamannya panggilan 'Bunda'.

Padahal panggilan itu di kampungku nan jauah di mato panggilan Bunda itu adalah bahasa Indonesianya 'Bundo', panggilan untuk ibu dizaman behulak.. dan terang saja itu sudah jarang di pakai.. tetapi beberapa tahun belakangan panggilan itu justeru tidak hanya digunakan oleh mereka keturunan minang, tetapi juga diluar minang. Meskipun diketahui bahwasanya panggilan Bunda itu tidak hanya milik orang Minang semata tetapi juga milik suku Melayu, yang sesunggu masih serumpun dengan suku Minang..

Kembali ke topik aku, kakaku, dan dua temannya yang lagi ngerujak, kakaku nomer satu lansung nyeletuk.. "Kan dunia sekarang sudah kembali lagi ke jaman jahiliyah dulu... Segala sesuatu yang terjadi sekarang sudah seperti dulu.. lihat saja mereka yang bangga berpakaian minim.. bahkan nyaris telanjang, itukan cerita jahiliyah dulu.. mereka senang telanjang dengan berlindung dibalik kata seni dan mode, tanpa memikirkan kalau mata cowok itu jelalatan melihat mereka. Juga keajaiban-keajaiban sekarang. Yang manusia mirip monyetlah, kepala ikan kayak kepala manusia lah, hingga bencana yang melanda negara kita, bahkan dunia..." kakaku menghela napas. "Ya mesti diakui, perkembangan ilmu pengetahuan sekarang emang sudah canggih, pepatah dulu yang mengatakan 'sikap bisa dirobah, hanya wajah yang nggak bisa dirobah' udah nggak berlaku lagi. Bahkan warna kulit aja bisa dirobah dari hitam menjadi putih, seperti Michael Jacson.

Dulunya orang nggak tahu bentuk aslinya bulan dan tata surya, hanya tahu dari Al Qur'an saja, yang dulunya sempat disebut mengada-ngada. Kejadiannya sekarang apa yang tertulis di Al Qur'an itu terbukti.! karena itu memang benar. Kalau sekarang banyak orang memanggil Bunda, menurutku itu suatu perobahan yang sangat positif, karena memang kata-kata itu sangat mendalam,"

Aku salut ama kakaku yang satu ini, meskipun terkadang ia jutek, suka ngomong ngacok dan terkadang ngocol juga, tetapi cara berpikirnya memang sering mengejutkan. Selain itu, meskipun bicara panjang lebar, tetap aja dia makan rujaknya jalan terus...nyam-nyam.. tuh rujak semangkok besar udah tinggal separo aja.

"Iya ya uni, sekarang dunia udah banyak yang kembali ke jaman jahiliyah dulu, ada yang ngaku tuhan, bahkan nabi. Yang nikah sejenis aja yang jelas2 tidak dilakukan oleh hewan (mamalia) sekalipun, malah dilakukan oleh manusia. Gimana nggak menjijikan dari hewan mereka," timpal teman kakaku yang satu.

"Gimana dengan caleg ya..? itu sama juga nggak dengan jaman jahiliyah dulu ?" tanya kakaku yang satu lagi.

"Bisa ya, bisa nggak," aku turut mengeluarkan pendapat. Mereka serempak melotot kearahku. Kontan aja aku jadi malu, karena jawabanku menggantung.

"Iya jika cara mereka nggak fair, nggak kalau mereka legowo.." sambungku sambil mencomot bengkoang yang atu-atunya tinggal. Karena tuh mangkok dah ku aduk-aduk untuk mencari buah yang berwarna sangat putih itu. Kini dimangkok itu tinggal yang asem-asem, mangga muda, kedondong, timun, jambu muda. Pokoknya asemdeh.

Baru beberapa detik bengkoang itu berpindah ketanganku, tiba-tiba teman kakaku yang kedua udah merebutnya dari tanganku, dan hap, irisan bengkoang yang cukup gede itu lansung masuk mulutnya. Aku jadi ternganga... sementara yang lainnya lansung cekikikan..

Glek, teman ke dua kakku itu menelan bengkoangnya. Aku jadinya hanya bisa manyun...

"Selain itu, cara mereka berebut kekuasaan juga nggak kalah dengan jaman jahiliyah dulu, mereka menghalalkan segala cara untuk menjadi penguasa yang berlindung dibalik kata wakil rakyat, presiden, gubernur, walikota," timpal si penculik bengkoangku. Oh.. bengkoangku yang terakhir...hiki..hik..

"Iya, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan bengkoangku," selaku yang masi nggak ridho bengkoangku dah ditelannya. Aku kembali manyun. Mau tak mau akhirnya aku memilih buah yang lainnya, kini sasaranku kedondong.

"Meeeeh, Aseeem.." aku lansung memuntahkan kedondong yang masih banyak hijaunya itu. Huuu.. mataku masih merem karena asemnya. Mereka berempat malah senyum-senyum dan melanjutkan memakan rujak asem itu.. Dasar jelek. Aku berlari kedapur mencari sesuatu yang manis. Ku ubek-ubek kulkas, tak ada gula. Biasanya ada gula kok sekarang nggak ada ya?

"Kak, gula nggak ada ya ?"
"Habis, buat agar2 kemaren kan gula terakhir yang kita punya. Di kulkas kan ada coklat," jawab kakaku nomer dua.
"Ye..kok malah nyaranin aku coklat sih, gigiku baru sembuh, mau dengerin aku teriak-teriak lagi karena sakit gigi," jawabku.
"Ya udah, tahan aja asemnya, ato beli aja ke kedai," Jawabnya lagi.
'Kalau aku harus ke kedai dulu, udah hilang kali rasa asemnya,' gerutuku dalam hati. Kusingkapin tudung nasi, dan mengambil tahu goreng, lalu mengunyahnya sambil jalan. Kemudian mulai aktifitasku sebelumnya, utak-atik remote tv.
Mereka kemudian melanjutkan perbincangan mereka, sambil cekikikan. Aku kemudian asik dengan siaran televisi, acara musik kesukaanku.

Tidak ada komentar: