Minggu, 02 Februari 2014

Miracle in Cell No 7 Part 1





Miracle in Cell No 7  Part I


Film dimulai dengan kehadiran Ye Sung ke kantor lapas (lembaga permasyarakatan) atau penjara, yang mana ayah angkatnya menjabat sebagai kepala lapas. 


"Ini akan sulit," ujar Kepala Lapas sembari meminum teh. "Kasusnya tidak mudah," tukasnya lagi.

 
Yesung tampak tercenung dan menguatkan hati melihat bungkusan kuning yang berisi berkas perkara mendiang ayahnya. Ia pun membuka bungkusan, awalnya dengan pelan. Sesaat kemudian lebih antusias hingga berkas perkara di tangannya. Ia terlihat sukacita membaca sampul salah satu buku berkas perkara.



"Kau akan menemuinya (mereka) besok?". 
"Terima kasih, ayah." ujar Ye sung tulus. Ayahnya menjawab dengan senyuman.

Ye Sung melihat kembali berkas di tangannya tertanggal 23 Desember 1997, Kasus Penculikan dan Pembunuhan Le Yong-Gus.

Ye sung keluar dari lapas. Di luar salju sedang turun, membuat halaman dan teralis lapas memutih. Menuruni tangga lapas, Ye sung berhenti sejenak memandang langit, kemudian menghela nafas.





 Keluar gerbang pertama lapas, ia kembali melihat ke belakang, ke lapas yang penuh kenangan. Sebuah balon berwarna kuning terbang setinggi pagar halaman lapas, kembali mengingatkan ye sung dengan ayahnya, le yong-gus. Ia berjalan mengikuti balon yang terbang, kemudian tali balon tersangkut di kawat pagar lapas, membuat ye sung tersenyum. Namun matanya tampak berkaca-kaca. 


***

"Bari-bari-bari..!" seorang saman (dukun) tampak membacakan mantra dan memainkan alat-alat di tangannya, seperti gerincing mainan anak-anak. Ye sung masuk ke dalam ruangan praktek saman tersebut. Sambil menopangkan kedua tangannya di dagu, si saman berkata: "Bintang dan Bulan,". Kemudian seorang pria lainnya berkata: "Anak dewa ada di sini. Apa yang kau lihat?".

Sambil mengedip-ngedipkan mata, sang saman memperhatikan Ye Sung dengan seksama. Dengan tampang (yang sok) peramal, sang Saman berkata : "Kau punya mata lebar, kau punya keberuntungan saudaramu," ujarnya sembari menggerak-gerakkan kepala.

Ye Sung kaget, kemudian mengangguk-angguk dan menjawab : "Oooh, aku anak satu-satunya,". Jawaban Ye Sung kontan membuat peramal yang sedang mengemuut kompeng (seperti kompeng bayi, cuma ini ada mainannya seperti gelang-gelangan dari tali) menyemburkan kompengnya karena kaget. (Ya iyalah, asal nebak...hehehhe).

Tak kehabisan akal, sang saman sambil memegang kerencengannya berkata : "Makanya kau disebut serakah. Kau lahir bersama keberuntungan saudara-saudaramu, pasti kau kesepian, kan?"

"Aku tidak kesepian," timpal Ye sung. Si Saman kembali memainkan matanya, namun tampangnya seperti orang yang sudah capek. Kemudian ia mengambil seperti beras di dalam toples yang ada di sampinya dan mengunyah beras tersebut. Beras di tangannya ia lempar ke sang asisten yang berada di sampingnya. Tentu saja membuat si asisten terkejut. Ye sung hanya bisa tersenyum melihat tingkah dua orang tersebut.
Saman kembali berbicara (menebak): "Orang yang sedang kau kencani akan menghianatimu. Putuskan! Kau harus memutuskannya!" ujar si Saman memberi ultimatum, tak lupa menyiramkan beras yang di tangannya.
Dengan penuh percaya diri, Ye Sung menjawab : "Aku tidak punya pacar."

Reaksi si Saman sangat frustasi, kemudian memukul sang asisten dengan alat meramal di tangannya sembari berkata : "Sudah ku bilang, aku tidak bisa meramal di waktu pagi! dasar sial!". Si asisten yang menjadi sasaran empuk hanya bisa menahan diri. Si Saman usai memukul justeru menangis. Sang asisten yang wajahnya berlepotan beras hasil cipratan menenangkan Saman, dan berkata : "Itu sudah kotor, tenang...tenang..! Minumlah ini!" ujarnya sembari menyodorkan susu fermentasi yang kemasannya sepertu yakult sebanyak lima pcs. Ye Sung tertawa melihatnya.


Kemudian pintu ruangan praktek saman terbuka, seorang remaja perempuan dengan tampang tengil yang mengemut permen masuk. "Ayah, uang!" ujarnya meminta uang seperti preman minta jatah. Sang ayah yang merupakan asisten Saman masih sedang menyuapi majikannya susu fermentasi tampak marah karena pekerjaanya diganggu. "Kenapa kau? Sudah ku bilang jangan masuk di saat kami sedang bekerja!" ujarnya.
Sang anak tidak menggubris, justeru mengulurkan tangan seperti meminta. Ye Sung melihat mereka bergantian. "Kau Bong-Sun kan?" tanyanya ke remaja tersebut dengan senyuman. Tentu saja remaja yang datang bersama teman-temannya kaget, begitu juga saman dan asistennya.



"Ck..Ck...Apa-apaan ini?" ujar si remaja setelah melepas permennya dari mulut seperti melepaskan rokok. "Kau kenal dia?" tanya Bong Sun (aku tak pasti pertanyaanya entah diajukan ke Ye Sung atau ayahnya. Namun dijawab Ye Sung "Ya! Tentu saja! Sing Bong Sun!".

Si Saman melihat ke asistennya, sementara sang asisten memperhatikan Ye Sung, meskipun Ye Sung sedang membelakanginya karena melihat ke arah Bong Sun.
Saman tampak kesal dan bertanya: "Siapa kau? Hah?"
***


Scene beralih ke sebuah gereja. Seorang pastur berbicara di mimbar menghadap jemaatnya yang cukup ramai. Ia berkata: "Alkitab mengatakan 'Setelah nasfsu birahi terpenuhi, maka lahirlah dosa. Dosa, jika tumbuh semakin besar, mendatangkan kematian'." ujarnya sembari mengitarkan pandangan ke jemaat. Yang kemudian dibalas oleh jemaat dengan 'Amin'. Camera menyorot dua pria yang berpegangan tangan dengan erat seperti kusuk dalam mendengarkan ceramah agam tersebut.

Kemudian sang pastur mengangkat kedua tangannya seperti memberkati jemaatnya. Matanya terpejam dan berkata : "Bapa surgawi yang maha benar.." Semua jemaat mengulangi kata-kata sang pastur.

Pintu gereja terbuka, cahaya terang memasuki gereja, kemudian terlihat dua kepala. Sang pastur yang menghadap ke pintu, membuka sebelah matanya. Satu dari dua pemilik kepala yang adalah Saman dan asistennya membuka pintu dengan lebar. Asisten Saman melambaikan tangan ke arah pastur sembari tersenyum.
 
Sang pastur kemudian berkata "Kenapa kau datang?" yang juga diulangi oleh jemaatnya. Pemain piano gereja memperhatikan pasturnya yang dinilai lain dari biasanya. Dua jemaat yang tadi bergenggaman tangan juga menyadari bahwa pasturnya sedang tidak mengiringi mereka berdoa, dan membuka mata ke arah pasturnya.

Sementara, dua tamu yang tak di undang di pintu kemudian mempersilahkan seorang gadis yang tidak lain Ye Sung untuk masuk ke dalam gereja.

"Aa...Ye Sung.." sebut Pastur antusias yang diikuti jemaatnya dengan menyebut "Yesus..Yesus?" semua jemaat melihat ke belakang, ke arah pintu gereja. Dua pria yang tadinya bergenggaman tangan dan pemain piano terkejut melihat Ye Sung. Si Ye Sung yang menjadi sorotan tampak tertawa sumringah melihat mereka.
***

Adegan beralih ke suasana persiapan persidangan. Terdengar sebuah suara berkata : "Aku merasa aneh duduk dan berdiri di hadapan hakim". "Kau juga begitu?". Terlihat lima sekawan sedang duduk di kursi saksi. Mereka duduk berurutan mulai dari sang Pastur, pemain piano, saman, asisten dan seorang lagi yang tidak diperlihatkan seperti apa pertemuannya kembali dengan Ye Sung.

"Aku tidak berbuat apa pun. Mengapa aku gugup?" ujar asisten Saman. "Lupakan masa lalumu yang suram, saudaraku." jawab Pastur disertai anggukkan pemain piano. Kemudian mereka menjawab dengan 'Amen'. Si pemain piano menimpali dengan 'Haleluya'.

Hakim masuk ke ruang sidang, semua hadirin berdiri. Saat itulah kepala lapas yang merupakan ayah angkat Ye Sung menyalami Pastur. "K...ketua," ujar pastor tergagap, karena dia disalami kepala lapas. "Maksud ku, bapak kepala sipir," ujar si pastur meralat kata-katanya. Kepala lapas hanya tertawa melihat kegugupan dan keterkejutan mereka. "Kalian semua tidak berubah," ujar kepala lapas. Kemudian terdengar suara ketokan palu hakim sebagai pertanda sidang akan dimulai. Semua hadirin duduk di kursinya masing-masing.
Hakim Ketua

Hakim ketua berkata "Sekarang penyelidikan pengadilan dan lebaga pelatihan pemeriksaan persidangan akan dimulai. Jaksa penuntut dipersilahkan memulai." ujarnya memberi arahan.
Jaksa Penuntut
Jaksa Pembela/Ye Sung


"Tersangka Le Young-Go menculik si kecil Choi Ji-Young.." ujar jaksa penuntut (yang by the way.. cukup tampan..hehheheh). Jaksa penuntut kita memperlihatkan bukti-bukti berupa foto Choi Ji Young bagian perut ke paha yang berdarah. Tampak di foto tersebut celananya terbuka, memperlihatkan celana dalam "Melakukan pelecehan seksual......dan membunuhnya dengan hantaman batu bata." Saat pemaparan tersebut juga diperlihatkan bukti lainnya berupa foto yang diambil polisi dari TKP (tempat kejadian perkara) yaitu batu bata yang terikat tali rafia berdarah..lebih tepatnya di atas genangan darah. 

"Semuanya sudah dibuktikan oleh pihak penyidik. Saya yakin kasus ini sudah tidak cocok dilakukan penyelidikan ulang. Terimakasih." ujar jaksa penuntut.

"Jaksa Pembela dipersilahkan." ujar Hakim ketua ke arah Ye Sung yang bertindak sebagai Jaksa Pembela.

Ye Sung berdiri dari kursinya, dan berkata "Jaksa penuntut menyampaikan pembuktian dari fakta-fakta yang sudah ada.. itulah kesalahan terbesar kasus ini." ujar Ye Sung penuh percaya diri dihadapan majelis.

"Yang mulia, pembela berbicara menghina.." Jaksa penuntut langsung berdiri ke hadapan majelis. Namun belum selesai berbicara, hakim ketua menanggapi paparan Ye Sung, "Kesalahan?" tanyanya.  

"Ya, yang mulia." jawab Ye Sung. "Jaksa penuntut ini bukan orang yang ditunjuk untuk kasus ini. Tidak seperti kasus biasa lainnya, semua bukti dan catatan harus diperiksa kembali." ujar Jaksa pembela yang tidak lain Ye Sung. "Tapi Jaksa Penuntut mencari putusan dengan cara mengambil catatan dan kesaksian palsu saja." ujar Ye Sung sembari melihat tajam ke arah jaksa penuntut yang sama-sama berdiri di hadapan majelis dengannya.

Sekitar sepuluh panelis tampak antusias mengikuti sidang tersebut sembari mencatat. Mereka berbisik-bisik mendengar paparan Ye Sung. Jaksa Penuntut yang terpojokkan dengan tuduhan Ye Sung tersenyum mengejek ke arah Ye Sung, "Kalau begitu, kau orang yang dijadikan pembela sekarang? Begitu kah?" tanyanya ke Ye Sung.

Mendapat pertanyaan seperti itu, Ye Sung tampak seperti menenangkan diri, dan melihat ke bawah "Tidak, bukan begitu." ujarnya.

"Tak ada pertanyaan lagi." ujar Jaksa penuntut kemudian berbalik menuju kursinya. Namun, Ye Sung menjawab: "Tapi!". Jaksa penuntut berbalik memandang ke arah Ye Sung. "Aku ada di sana." lanjut Ye Sung yang masih melihat ke bawah dengan raut wajah masygul. "Ini adalah fakta sebenarnya." lajutnya. Hadirin berbisik-bisik.

"Anda ada di sana?" tanya hakim ketua. "Ya. Saya ada di sana," tegas Ye Sung. Panelis yang asyik menulis menegakkan kepala mengarah ke Ye Sung. "Yang mulia. Semua yang akan saya katakan adalah kejadian sebenarnya". ujar Ye Sung.
Panelis
***


Scene beralih pada kurun waktu Februari, 1997 di depan etalase sebuah toko, seorang anak dan seorang pria sedang menyanyikan soundtrack sailormoon lengkap dengan gerakkannya. "Memerangi kejahatan dengan cahaya bulan.. mendapatkan cinta dengan cahaya mentari.. jangan lari dari pertempuran nyata. Dialah si Sailor moon..". Di toko tersebut tersedia beragam pernak-pernik yang berkaitan dengan sailor moon. Ternyata keduanya mengikuti nyanyian dan gerakkan tari Sailor Moon dari sebuah televisi yang terpajang di toko tersebut.




"Atas nama keadilan, aku akan menghukummu!" ujar ayah anak serempak disertai gerakan khas Sailor Moon. Hanya saja sang ayah tampak berbeda dengan ayah-ayah pada umumnya. Sang ayah bernama Le Yong Gus, merupakan seorang pria kurang normal. Sedangkan sang anak yang merupakan Le Ye Sung kecil tampak cerdas.

"Tersisa satu lagi." ujar Ye Sung melihat ke arah tas bergambar Sailor Moon berwarna kuning.
"Ye Sung, kita bisa membelinya, besok!" ujar sang ayah dengan bangga.
"Besok gajian?" tanya Ye Sung.
"Ya. $638,80," ujar ayahnua sembari memperlihatkan jumlah hitungan tangan dengan tampang oon nya.
"Kita kaya!" balas Ye Sung dengan antusias anak kecil-nya.
"Ya! Kita Kaya!" jawab Le Young-Gus.

Namun kegembiraan keduanya hanya sekejap, karena petugas toko mengambil tas yang tersisa satu-satunya tersebut dari etalase. "Ayah! Tasnya!" seru Ye Sung. Keduanya bergegas ke dalam toko. "Punya Ye Sung. Ini punya Ye Sung." ujar Yong Gus sembari menunjuk tas yang kini sudah dipakai oleh pemilik barunya, Choi Ji-Young, sebaya Ye Sung.



Kedua orang tua Choi Ji Young yang ke toko tersebut bersama putrinya, tentu saja kaget dengan kehadiran Ye Sung dan Young Gus.
"Tas Sailor Moon-Nya!" ujar Young Gus sembari menunjuk tas yang dikenakan Ji Young. "Ada apa dengannya?" ujar ibu Ji Young.
"Siapa kau?" tanya ayah Ji Young yang berada di depan meja kasir.
"Hi, aku melihatnya setiap hari," ujar Young Gus memberi salam ke ayah Ji Young, kemudian menunjuk tas yang dikenakan Ji Young.
"Terkadang kami datang dua kali!" tambah Ye Sung meminta pengertian ayah Ji Young.
"Ya, kadang-kadang dua kali. Dua kali," ujar Young Gus.
Ji Young, ayah beserta ibunya memperhatikan tingkah dua beranak tersebut. Tentu saja mereka bengong, karena mereka lah yang telah membelli tas tersebut lebih dulu.
Kemudian Young Gus melihat ke arah Ji Young, dan membelai wajahnya. "Sangat cabtik! Ini milik Ye Sung!".
"Jangan menyentuhnya!" ujar Ibu Ye Sung seraya melepaskan tangan Young Gus dari wajah anaknya. Bapak Ji Young marah melihat apa yang dilakukan Young Gus terhadap anaknya. "Siapa kau!" bentaknya. "Itu milik Ye Sung," jawab Young Gus dengan tampang inocenn-nya yang kemudian mendapat tamparan dari ayah Ji Young.

Dua karyawan toko yang melihat aksi tersebut terkejut. "Jangan memukul ayahku!" ujar Ye Sung memohon sembari menarik jas ayah Ji Young. Tapi apa daya, tenaga anak kecil tidak seberapa. Ayah Ji Young kembali mendorong Young Gus "Kau Gila?" serunya.
Young Gus yang memang bodoh hanya menjawab "Itu milik Yesung!". "Beraninya kau!" balas ayah Ji Young yang emosi melihat tingkah Young Gus.
"Pak tolong pak. Aku akan melaporkanmu ke polisi," sebut Ye Sung sembari menangis. Young Gus kembali mendapat tamparan dari ayah Ji Young, kali ini lebih keras.
Dua karyawan toko yang melihat kejadian tersebut melerai pertengkaran.
***


Scene beralih ke rumah Young Gus dan Ye Sung. Kaki young gus berada pada sebuah lampu berbentuk cendawan, ia mematikan dan menghidupkan lampu dengan kakinya. "Ayah? Mengapa tidak coba ke toko lain di dekat sini?" tanya Ye Sung ke Young Gus.

"Ayah akan membelinya. Tas Sailor Moon untuk hari pertama sekolah mu," sebut Young Gus. Keduanya sedang tidur menelentang melihat ke langit-langit rumah.
"Tidak apa-apa." jawab Ye Sung menenangkan ayahnya.
"Tidak apa-apa," jawab ayahnya. Ye Sung kemudian tersenyum ke arah ayahnya. "Jangan memaksakan diri." sebut Ye Sung lagi. "Jangan memaksakan diri." ulang Young Gus tersenyum ke arah Ye Sung. "Jangan meniruku." sebut Ye Sung. "Jangan meniruku." ujar Young Gus kemudian menggelitik Ye Sung.
"Oke! Berhenti menggelitik! Stop!" teriak Ye Sung kegelian. Keduanya pun kemudian tertidur nyenyak yang posisinya sangat tidak beraturan alias berantakkan.
***

Paginya, Young Gus keluar rumah diikuti Ye Sung yang membawakan tabung minuman. Young Gus merapikan bajunya. "Ayah, jangan minum air keran." ujar Ye Sung sembari menjulurkan tabung air ke Young Gus.
"Ya, tidak ada air keran. Air masak." ujar Young Gus.
"Makan siang tidak boleh sepotong roti." sebut Ye Sung mewanti-wanti ayahnya sembari menurunkan gulungan celana Young Gus. "Makanlah sereal.. mengerti?" ujarnya ke Young Gus seperti seorang dewasa mewanti-wanti anak kecil.
"Yah, yesung juga begitu.. makanlah nasi. nasi! mengerti?" ujarnya ke Ye Sung. "Yesung kedinginan. Yesung masuklah ke dalam." ujarnya sembari menghangatkan tangan yesung dengan hawa panas dari mulut. Kemudian berjalan membelakangi ye sung. Jalanannya kas seperti di drama atau film korea lainnya, turunan.





Ye Sung yang masih berdiri di jalan melihat kepergian ayahnya, kemudian ia berhitung "Satu.. dua.. tiga!" tepat pada hitungan ketiga, Young Gus berbalik seperti 'ci luk ba', namun tangannya di dalam saku. Tingkah Young Gus dibalas dengan lambaian tangan dan tawa dari Ye sung. Kemudian keduanya sama-sama memperagakan tari yang lucu sembari menjulur-julurkan lidah dan mata terbalik..hahahhaha.
"Sampai nanti, ayah!" seru Ye Sung. Young Gus berlalu untuk berangkat bekerja dengan jingkrak-jingkrak.
***

Di sebuah basement gedung, tampaknya jam istirahat, Young Gus mengenakan seragam petugas parkir sedang duduk. Seperti yang dicemaskan Ye Sung, dia hanya memakan sepotong roti. Dia kemudian mengeluarkan amplop dari saku seragam parkirnya, Young Gus sudah gajian... horeeeee..!! :D

Di basement yang sama, Ji Young yang sedang mengikuti ibunya membawa troli belanjaan tampak celingukkan melihat seseorang. Ya, dia sedang mencari keberadaan Young Gus.
Young Gus sedang menghitung uang gajinya, datang Ji Young yang mengetuk kaca di belakang Young Gus. "Tuan? Anda sudah membeli tasnya?" seru Ji Young.
Young Gus mendadakan tangan, entah menjawab belum atau tidak mendengar seruan Ji Young dari balik kaca. Namun, Ji Young berbalik sembari memperlihatkan (memperagakan) tas Sailor Moon miliknya. Young Gus terbelalak melihat tas. "Sailor Moon." ujarnya.
"Toko lain juga menjualnya." ujar Ji Young.
Young Gus kemudian memasukkan uangnya kembali ke amplop dan mengantonginya. "Sailor Moon! Aku harus membelinya!" seru Young Gus kemudian berdiri. "Akan ku beli." ujarnya lagi mengikuti Ji Young.



Young Gus mengikuti Ji Young melewati lorong pasar yang basah karena usai turun salju. Mereka meninggalkan gedung Happy Mart, tempat Young Gus bertugas sebagai juru pakir. Sambil berlari di belakang Ji Young, dia terus melihat ke arah tas Ji Young dan menyerukan 'cantiknya', 'Sailor Moon'.

Kemudian Ji Young berhenti dari larinya dan berkata "Berhentilah bercanda." "Tas Sailor Moon! Cantik." ujar Young Gus. Ji Young merasa aneh, namun kembali berlari.

Seorang wanita tampak kedinginan berjalan, ia menggosokkan kedua tangannya untuk mengurangi dingin. Di jalan yang dilaluinya, seperti pasar, terdapat es-es yang mulai mencair karena panas. Di sebuah tikungan ia melihat seorang pria mengenakan seragam parkir yang tidak lain young gus bersujud, sedang menepuk pipi gadis kecil yang sedang tidur, dia adalah Ji Young. Young Gus mengatakan dingin. Kemudian ia membuka kancing celana Ji Young dan melonggarkannya. Ia pun memberi napas buatan untuk Ji Young. Aksinya ini dilihat oleh wanita tersebut, dan sangat terkejut, karena membuat orang salah paham.

"Omo!" si ahjuma terduduk saking kagetnya melihat apa yang dilakukan Young Gus pada Ji Young.




Young Gus melihat si Ahjuma, "Tolong, tolong!" ujar wanita tersebut syok. "Jangan pergi," ujar Young Gus.
"Tolooong.." seru Ahjuma berlari meninggalkan lokasi.
***

Hari sudah malam, Ye Sung dengan santai duduk menunggu kepulangan ayahnya, Young Gus. Sebuah bus berwarna kuning berhenti di depannya, tetapi bukan Young Gus yang pulang. Ye Sung tampak khawatir, dan melihat ke arah jalan. Namun yang ditunggu tak kunjung pulang.






Hari sudah malam, jam di dinding sebuah kantor polisi menunjukkan pukul 09.35. Seorang anggota polisi sedang menjawab telpon. "Kapten, di sini sudah ramai. Ayo cepat pak. Komisaris jendral akan datang juga!" serunya. Tak jauh dari anggota tersebut, tampak wartawan sedang membidikkan kameranya ke arah ruang penyidikkan.

Ternyata mereka mengarahkan kamera ke Young Gus yang sedang duduk dengan tangan diborgol di hadapan penyidik. "Bergegaslah!" seru anggota polisi yang sedang menelpon.

"Aku harus pulang." ujar Young Gus kepada penyidik. "Selamat tinggal." ujar Young Gus sopan ke penyidik. Namun polisi lainnya berdiri dan menyuruh Young Gus untuk duduk. "Duduklah, Biar difoto!" ujar polisi tersebut.
"Ye Sung sendirian menunggu.." sebut Young Gus kembali berdiri, dan ditepuk-tepuk oleh petugas polisi untuk duduk.

Sementara di luar tampak seorang pria berkacamata dan mengenakan jaket kulit menerobos kerumunan wartawan berkata, "Oke, tidak ada komentar." ujarnya tersenyum dan masuk ke dalam ruangan penyidik, dia adalah kapten yang tadi ditelpon oleh anggotanya.

"Ye Sung ketakutan.." ujar Young Gus kembali berdiri, namun didudukkan lagi oleh anggota polisi lainnya.
"Anak bodoh menyebalkan!" teriak penyidik yang kemudian berdiri dan menendang Young Gus.
"Weii, jangan memukul orang!" seru kapten yang baru masuk ruangan penyidikkan. Kapten kemudian mengambil topi anggotanya dan memakaikan ke Young Gun yang menghadap ke arah wartawan. Tentu saja moment tersebut tidak disia-siakan wartawan untuk mengabadikan wajahnya yang dianggap sebagai pembunuh anak kecil. Tentu saja dianggap sebagai berita yang menggemparkan.
"Mengapa memukulnya!" ujar sang Kapten. "Duduklah!" ujar Kapten tersebut.
"Selamat tinggal. Aku harus pulang." ujar Young Gus membukkukkan badan dengan hormat dan berjalan cepat yang tujuannya untuk meninggalkan ruangan tersebut. Polisi menghalanginya dan melumpuhkan Young Gus, hingga terduduk. Wartawan kembali mengabadikan moment tersebut.
***

Ke esokkan harinya, Ye Sung termenung di rumah dan memperhatikan jam dinding yang menunjukkan pukul 09.15. Ia melihat ke jam dinding, kemudian beralih ke foto ia dan ayahnya yang sedang tertawa. Nampak raut kekhawatiran di wajah mungil ye sung. Dia pun mengambil tas dan memasukkan buku pelajaran ke dalam tas. Meski tidak jadi menggunakan tas sailor moon di hari pertama masuk sekolah, Ye Sung tetap berangkat sekolah.



Siangnya, di tengah hujan lebat yang melanda, dilakukan rekam peristiwa. TKP dipenuhi wartawan dan penduduk. Tampak pula reporter televisi sedang menyiarkan secara langsung rekam perisitiwa tersebut. Terdengar suara kapten yang diwawancarai wartawan secara live mengatakan bahwa pembunuhan tersebut merupakan upaya balas dendam terhadap komisaris polisi. Ternyata ayah Ji Yung adalah komisaris polisi, makanya waktu menampar Young Gus di toko ia tidak takut waktu dikatakan akan dilaporkan ke polisi. Hm... tingkah petinggi di mana-mana, sama saja! Sok!



"Ini merupakan serangan..." ujar kapten berorasi, namun orasinya disela anak buahnya yang melewatinya dengan sapaan pak, yang dibalasnya dengan lambaian tangan untuk menyuruh pergi. "..terhadap citra kepolisian nasional!" ujarnya.
Di lokasi yang sama, seorang reporter mengabarkan bahwa pelaku akan segera tiba untuk reka ulang kejadian di TKP. Terjadi kerumunan orang.. pelakunya baru saja tiba. Ujarnya kemudian beralih pada Van polisi yang membawa tersangka, Young Gus ke TKP.

Suasana menjadi riuh, masing-masing wartawan ingin mewawancarai Young Gus. Masyarakat berbondong-bondong ingin menyaksikan reka ulang. Di sana juga hadir ibu Ji Yung beserta kerabatnya. Di bagian lain, Ye Sung juga penasaran melihat kerumunan orang.

Young Gus diminta untuk memperagakan apa yang dilakukannya terhadap Ji Young. Mulai dari melonggarkan celana Ji Young, memberi nafas buatan. Namun kemudian polisi menyuruh Young Gus untuk membuka celananya senndiri. Young Gus membantah ia tidak membuka celana karena itu memalukan. Polisi lain mengimingi Young Gus untuk cepat pulang bertemu anaknya. Young Gus pun mengikuti apa yang dikatakan polisi karena beranggapan ia bisa secepatnya bertemu Ye Sung. Semua itu dilihat oleh ibu Ji Young, begitupun Ye Sung, namun Ye Sung tidak tau kalau lelaki bermasker yang melakukan reka ulang tersebut ayahnya.







Sementara ibu Ji Young dan keluarganya histeris melihat reka ulang tersebut. "Dasar bajingan...!" ujar kerabat Ji Young yang berlari ke arah Young Gus, menarik maskernya. Tampaklah wajah Young Gun oleh masyarakat maupun wartawan, termasuk Ye Sung yang melihat reka ulang tersebut. Ia terbelalak. "Ayah...ayah...Ayah.." teriaknya.

Young Gus ditarik oleh polisi dan diamankan ke dalam van, sementara Ye Sung dipegang oleh polisi lainnya.

Tidak ada komentar: