Jumat, 07 Februari 2014

Miracle in Cell No 7 Part 3

Di sini Baca Part 2 

 Part sebelumnya, Man Boem membawa Yea Sung dalam salah satu kardus yang ditumpuk di atas troli. Sementara kebaktian terus berlanjut. Di lorong, Man Boem bertemu sekelompok sipir, dia pun berbalik dengan alasan salah arah. Di lorong satu lagi, ia melihat sekelompok pasukan keamanan. Dia pun menghindar ke arah lainnya.


Saat menghindari dua kelompok sipir dari arah yang berbeda, membuat Man Boem yang membawa Yea Sung dalam kardus roti semakin panik, sehingga menjatuhkan tumpukan kardus dari troli. Ye Sung yang berada di dalam salah satu kardus pun terkejut dan sempat terpekik. Tangan Yea Sung keluar dari celah kardus.


Sipir yang ada di belakang Man Boem melihat kardus berantakan, seorang bertanya "Kau tidak apa-apa?". Sipir dan teman-temannya bermaksud menolong dan akan mengangkat kardus roti, namun langsung ditahan oleh Man Boem dengan teriakan kaget. "Aku baik-baik saja, pergilah, pak!" ujarnya berupaya tersenyum. Sipir dan rekannya kemudian meninggalkan Man Boem dengan kardus dan roti-roti yang berserakan. Man Boem pun memukul tangan Yea Sung yang keluar dari kardus supaya kembali masuk. Hufttt.. untungg saja tak ketahuan. Man Boem pun kembali membawa trolinya melewati lorong-lorong yang dijaga petugas keamanan sipir. Beberapa di antaranya melihat heran ke arah tumpukan tiga dus roti yang dibawa Man Boem dengan cara tergesa-gesa. 


Meski tegang, tiap pemeriksaan pintu dilewatinya dengan baik, meski sesekali tanpa menghela nafas berat. Dia pun menyeka keringat yang bercucuran tanda kegugupan. Hingga akhirnya Man Boem berhasil membawa Yea Sung ke sel no 7, tempat Young Gus berada.


Lakban kardus berisi roti dan yea sung dibuka, tadaaaaa.. keluarlah Yea Sung mungil yang masih menggunakan jubah gereja berwarna merah-putih. Chun Ho, Leader dan kakek Seo yang membuka kardus tersebut tersenyum sumringah, misi mereka menghadirkan Yea Sung ke sel 07 berhasil. "Apa kau Yea Sung?" tanya Leader. Yea Sung tidak menjawab pertanyaan itu, matanya justeru melihat ke arah sosok yang sedang duduk termenung melihat langit-langit ruangan, Young Gus, ayahnya. "Ayah!" panggil Yea Sung.

Young Gus yang tidak percaya melihat Yea Sung, putri tercintanya ada di sel. Ia yang sangat merindukan putrinya, merangkak mengejar Yea Sung sambil menangis dan memanggil-manggil nama anaknya. Keduanya berpelukan, Yea Sung tidak terima ayahnya tidak menjemput dirinya di panti asuhan dan bertanya di mana saja ayahnya selama ini. Yea Sung pun memukul-mukul ayahnya, bertanya apa yang terjadi. Young Gus hanya bisa menangis dan meminta maaf sembari menenangkan kehisterisan putrinya tersebut. 
"Tahu betapa sulit aku mencarimu! Di mana kau!". 
"Maafkan Aku!" tangis Young Gus memeluk putrinya yang masih meronta.
"Kau menghilang."



"Maafkan aku." Tangis Young Gus sembari mencium putrinya. "Yea Sung sudah kurus. Mengapa ringan sekali?" tanyanya menggendong Yea Sung yang masih menangis. 
Leader yang melihat adegan tersebut tampak khawatir dan menepuk pundak Young Gus untuk diam. Young Gus mengucapkan terimakasih padanya. 
"Ini tidak bagus, bos!" seru Bong Shik memperingatkan karena suara tangis Yea Sung dan Young Gus yang kencang. Dia takut kehadiran anak kecil di tahanan yang melanggar aturan akan berimbas kepada semua penghuni sel 07 nantinya. Young Gus kembali mengucapkan terima kasih kepada seluruh penghuni sel 07.




Di bagian depan sel, Man Boem tampak serius menggunakan kaca yang disambung dengan tangkai pena untuk mengintai petugas sipir di lorong. 
"Coba pikir, bagai mana kalau kita tertangkap?" ujar Bong Shik khawatir di hadapan Kakek Seo, Chun Ho dan Leader. "Ini bisa menambah hukuman kita! Akub tidak mau ikutan!" ujarnya kemudian lari menuju terali sel dan berteriak kencang: "Penjaga! Sebelah sini!". Kontan Man Boem membekap mulutnya bersama Chun Ho.


"Tuan! Aku pintar bersembunyi!" Yea Sung yang masih dalam pelukan ayahnya memelas ke Bong Shik. "Dia bisa sembunyi." Bela Young Gus. Empat penghuni sel 07 sibuk menahan Bong Shik yang masih meronta. Petugas sipir yang ada di lorong sel mendengar keributan mereka, dan masih memantau dari jauh.
"Penjaga! Sebelah sini!" teriak Bong Shik lagi. 
"Sial! Bong-Shik!" ujar Chun Ho yang sekarang membekap mulut Bong Shik.
"Penja...ga." sapa Bong Shik begitu sipir datang. 
"Oh Sial," keluh Leader yang tampak panik. Yea Sung berlari ke bawah pintu sel. Semua orang tampak tegang, namun mencoba menguasai diri seolah tak terjadi apa pun. 
"Pak!" sapa Bong Shik begitu petugas sipir tiba di pintu sel yang terkunci. 
"Ada apa hah?" tanya sipir berkacak pinggang sembari menjulurkan kepalanya melihat suasana dalam sel. Di bawah pintu, Yea Sung tampak memelas. Young Gus menutup mulutnya dengan tangan, matanya masih berkaca-kaca dengan air mata yang hampir tumpah, antara rindu putrinya dan takut jika putrinya ketahuan masuk sel. 






"Lihat." ujar Bong Shik yang ingin mengadukan ada anak kecil di ruangan tersebut, namun dia belum menyampaikannya. Sementara wajah Leader tampak kesal.
"Lihat, apa?" tanya sipir.
"Dalam sel kami!" Bong Shik tergagap ingin mengadu. Tangannya langsung dipegang Yea Sung, Bong Shik melihat ke bawah. Yea Sung yang bersimbah air mata memohon dengan wajah memelas meminta agar ia tidak diadukan.
"Kenapa?" tanya sipir yang sudah tidak sabaran. Chun Ho di samping Bong Shik tampak menggeleng-gelengkan kepala, menutup mata, mungkin berdoa.. heheheh.
Bong Shik kembali melihat ke bawah, Yea Sung masih memegang tangannya memohon. 
"Bilang saja. Sel kalian kenapa?" tanya sipir tak sabaran. Bong Shik yang masih melihat ke Yea Sung di bawahnya tercenung, antara ingin mengadukan dengan rasa kasihan. Ia perang batin. 
"Tolong satu roti lagi?" ujar Bong Shik ke sipir dengan dramatis.. (hufffff). Semua orang di dalam sel merasa lega. "Satu saja!" ujarnya memelas ke sipir, seperti orang menahan tangis.

"Kau kira dirimu Jean Valjean?" tanya Sipir kesal. "Menangis minta roti?" lalu sipir membuka topinya. "Nih.. makan saja, bodoh! Aku sibuk!" ujar sipir kesal sembari mengambil roti di dalam topi yang tadi dikenakannya dan memukulkannya dua kali ke wajah  Bong Shik. Bong Shik tampak menahan kesal karena tidak bisa mengadukan pelanggaran yang terjadi di sel mereka, sekaligus cemas.
Leader menghampiri Bong Shik, dengan geram menyuapkan (memaksa) bongshik memakan roti punyanya. "Makan punyaku, juga!" ujarnya geram. Tidak cukuk hanya Leader, Man Boem juga menyumpalkan rotinya yang berslei ke mulut dan wajah Bong Shik. Bong Shik hanya bisa menangis. (Speechlessss..)


"Yea Sung" panggil Young Gus ke anaknya yang masih bergelantungan di tangan Bong Shik. Yea Sung Berlari ke pangkuan ayahnya, memeluk erat-erat. Keduanya kembali menangis, haru. "Apa kau tidak takut?" tanya Young Gus ke putrinya. Yea Sung meminta ayahnya untuk dengan gerakkan tangan, ia tampak masih waspada bila tiba-tiba sipir kembali datang. 
"Jadilah seorang putri yang cerdas." ujar Chun Ho ke Yea Sung. Yea Sung kembali memeluk ayahnya. "Ayah akan segera keluar." janji Young Gus ke anaknya. 
"Yakin dia anak mu?" tanya Chun Ho ke Young Gus yang menciumi Yea Sung. Man Boem tampak senang dan tersenyum melihat mereka berdua.



"Ya" jawab Young Gus. "Putri Lee Young-Gu, Yea Sung. Anak manis yang cantik. Lahir pada tanggal 23 Desember pukul 02:28.." urai Young Gus. "Beratku 2,1 kilogram." timpal Yea Sung. 
Man Boem, Chun Ho, Leader dan Kakek Seo tertawa mendengarnya. 
"Ayah? Kenapa kau di sini?" tanya Yea Sung ke Young Gu (Young Gus). "Kau bukan orang jahat." sebut Yea Sung.
"Ayah bukan seorang penjahat." Young Gu membenarkan ucapan putrinya.
"Ini sebuah sekolah." ujar kakek Seo. "Bukan tempat yang buruk." tambahnya sembari memberikan susu kemasan ke Yea Sung. "Minumlah ini." Leader yang melihat itu tersenyum.

"Bukan sekolah. Ini penjara." sebut Young Gu ke anaknya. "Semuanya orang jahat." sebut Young Gu menunjuk semua yang ada di dalam sel tersebut dengan tangannya yang memegang susu kotak pemberian kakek seo. Tentu saja semua di ruangan tersebut jadi manyun. Bong Shik yang tidur usai disumpali roti ikutan bangkit dari tidurnya karena disebut orang jahat. Wajah Leader tampak sangat.. aduh.. apa ya menyebutkannya.. pokoknya tercenung bin kesal.. hahahah.
"Ayah tidak melakukan kejahatan." ujar Young Gu. Semua mata penghuni sel menatap keduanya dengan tatapan tidak percaya. (Aduuuh.. young Gu, udah ditolong, mbok ya ambil hati orang,.. gitu loh..) 
***

Man Boem sedang menyuci kain pel yang super dupel jorok di bawah kran. "JIka dia tidak pergi dalam dua jam, kita semua mati!" ujarnya kesal. Mungkin karena dibilang orang jahat oleh Young Gu tadi.

Kemudian ia melihat orang-orang yang tadi di aula ikut kebaktian telah bubar. Ia bertanya ke salah satu narapidana yang baru keluar dari aula, kenapa bubar. Si narapidana menyebut bahwa pendeta terjatuh karena tekanan darah tinggi sembari memperagakan tangan ke pundak. Man Boem langsung panik dan berlari menembus keramaian dengan berseru minggir ke semua orang yang baru bubar dari aula.
"Kau bilang, dua jam! Ini cuma 30 menit!" rengek Yea Sung melepaskan jubah gerejanya. 
"Aku tahu, hal seperti ini bisa saja terjadi!" ujar Leader yang tampak panik. Manboem dan Chun Ho mengintai suasana, masing-masing dari pintu dan jendela. Sedangkan kakek Seo merapikan jubah yang tadi dilepas Yea Sung. Bong Shik? Dia hanya berdiri di depan lemari pakaian, kemudian mulai panik juga mengintai petugas sipir yang kalau-kalau nongol di lorong. "Pergilah cepat." ujar Leader



Young Gu kemudian menggendong Yea Sung dan akan keluar dari sel. Mungkin maksudnya membawa Yea Sung keluar dari sel. Oooh.. polos sekali atau karena panik ya? hehehhe
"Bukan kamu!" cegah Chun Ho menghentikan tindakan Young Gu yang akan membawa Yea Sung ke luar dari sel. "Yea Sung  saja!" sebut Chun Ho. Bong Shik tampak geram. 
"Tidak mau!" ujar Yea Sung memeluk erat ayahnya.
"Biar kucoba, Dengar! Ini adalah sel ku!" Leader mencoba membujuk. Namun, belum selesai ia berbicara, Bong Shik menghardik dan menyuruh diam. "Dengar, jika kau tidak pergi sekarang, kau harus tetap bersembunyi. Nanti, kau tidak bisa melihat ayahmu lagi!" ujarnya.

"Diam!" Man Boem yang masih mengintai suasana lorong. Dia takut keributan tersebut akan didengar sipir. 
"Ayah? Tak bisakah aku tinggal di sini?" tanya Yea Sung ke ayahnya. "Tak ada yang tahu." sebut Yea Sung lagi. Young Gu membenarkan apa yang dikatakan anaknya. "Ya. Tidak ada yang tahu." ujarnya meminta persetujuan Leader dan kawan-kawan. 
"Tapi kau harus pergi ke sekolah." sebut Leader, membujuk Yea Sung. "Kau tidak boleh bolos sekolah. Kembalilah ketika liburan." bujuk Leader.
"Katanya, ini sekolah!" bantah Yea Sung. 
Ini bukan sekolah. Ini penjara. Semuanya orang jahat." ujar Young Gu ke anaknya. Bong Shik berkacak pinggang.
"Dia harus pergi ke sekolah!" hardik Leader ke Young Gu, mungkin karena kembali dibilang orang jahat. Hhahahahha. "Kau mau dia menjadi sepertiku?" tanya Leader ke Young Gu. "Atau dia?" tunjuk Leader ke Bong Shik. Kemudian menunjuk kakek Seo yang tampak terguncang. hahahah. "Atau dia?" tunjuk Leader ke Man Boem yang sedang berjongkok mengintai dari jendela pintu bagian bawah. "Atau kau?" tunjuknya ke Young Gu."Bodoh!" ujarnya geram. 
"Yea Sung harus pergi ke sekolah." ujar Young Gu tergagap masih melihat ke arah Leader yang melihatnya dengan geram. 
"Ayo main lagi." sela Yea Sung.
"Ini bukan tanam bermain!" bantah Bong Shik.
"Paman 1004 akan membawamu kembali." ujar Young Gu menunjuk Leader. Young Gu yang disebut nomernya tercenung dan melihat dadanya yang menggunakan nomer 1004. "Sampai ketemu lagi." ujar Young Gu ke Yea Sung yang ingin menangis. 
"Berjanjilah!" ujar Yea Sung mengarahkan kelingkingnya ke Leader. Jidat Leader langsung mengkerut melihat Yea Sung mengarahkan kelingking ke dirinya. 
"Berjanji padanya!" timpal Man Boem menyuruh Leader untuk melakukan sesuai keinginan Yea Sung dengan tidak sabaran.
"Benar aku berjanji." jawabnya mengaitkan kelingking ke Yea Sung. Young Gu juga mengarahkan kelingkingnya ke Leader yang disambut juga. Ketiganya sesaat seperti sebuah lingkaran membuat janji, saling terkait. 

Kembali tugas Man Boem adalah mendorong Yea Sung dalam karus di atas troli. Sambil jalan dia merepet. "Mengapa undang pendeta yang hampir mati!". Aduuh,.. aktingnya beneran lucu. "Kita bisa digantung!" ujarnya melewati lorong-lorong penjara.




Sementara, di luar.. peserta kebaktian sudah menaiki bus. Man Boem berusaha kencang mendorong trolinya, bahkan dengan berlari. Tapi apa daya, dia terlambat. Semua peserta sudah naik ke dalam bus diiringi sipir. Bus pun meningkalkan penjara. Man Boem yang masih di dalam lorong hanya bisa terbelalak dan ternganga melihat kepergian itu. Dia menarik-narik teralis saking kesalnya. Padahal tu teralis tak bergeming.
***


"Makanlah." seru Young Gu menyuapi Yea Sung. Leader melihatnya dengan tampang seribu macam pikiran di benakknya. (ada ya tampang kek gitu? wakakakaka). Ternyata seruan Young Gu mengajak makan tadi ke arah rekan-rekan satu selnya. Karena tidak ada yang makan. Sedangkan Bong Shik tidur, kemudian dia terbangun dengan kesal.
"Arrghht, apa-apaan ini." kesalnya. Kemudian menyepak ceret di kaki meja makan yang ada di samping Young Gu duduk berkali-kali. Semua mata tertuju ke arahnya. 
"Bagaimana kau bisa makan di situasi seperti ini? Enak?" kesalnya menyepak paha Young Gu. 
"Ini enak." ujar Young Gu lugunya. hahahah. Orang kesal gitu loh. "Benarkan?" tanyanya ke Yea Sung yang dari tadi makan lahap dipangkuannya. Bong Shik bertambah kesal dibuatnya. 
"Yea Sung harus makan kacang. Vitamin, Vitamin." ujarnya menyuapi Yea Sung.
"Aku tidak mau kacang." bantah Yea Sung. 
"Kau harus makan." ulang Young Gus menyuapi Yea Sung yang cemberut. Akhirnya dimakan juga.
"Kalau tidak suka kenapa kau kemari?" kesal Bong Shik. "Anak kecil ini makannya melebihi jatah kita!" gerutunya. Yang disebut hanya manyun kemudian makan lagi.. hahahah.
"Boss! Bagaimana sekarang!" tanyanya ke Leader.


"Sangat mudah menerima hal apapun, tapi sulit untuk melepasnya." ujar kakek Seo beretorika. 
"Hentikan omong kosongnya, kakek!" seru Bong Shik. Tetapi kakek Seo malah menyuapi Yea Sung. Tampaknya hati kakek memang sudah tergugah melihat putri kecil Young Gu itu. "Makan yang banyak," seru kakek ke Yea Sung.
"Boss! Mengaku saja, Bos. Ayo kita mengaku." Bujuk Bong Shik ke Leader. Leader dan Chun Ho langsung melirik tajam ke arah Bong Shik. 
"Jika kita mengaku, apa yang kita dapat? Aisssh" sebut Chun Ho.
Bong Shik tambah kesal dibuatnya. 
Tiba-tiba terdengar bunyi kent*t, Man Boem, Leader dan Chun Ho sampai bengong melihat ke dua anak-beranak yang sedang makan.
"Yea Sung mau buang air besar?" tanya Young Gu dengan senyum ke Yea Sung. Yea Sung dengan malu-malu mengangguk. 
Chun Ho mengipas-ngipas udara di depan hidungnya, kebauan. Yang lain diam saja. 
"Makan dan buang kotoran juga!" "Apa-apaan ini?" gerutu Bong Shik, mengipas-ngipas, mungkin maksudnya biar bau kent*t Yea Sung hilang. Bong Shik kembali tidur membelakangi semua orang. 
"Ayo kita makan." ajak Leader kemudian berteriak ke arah Young Gu. "Jangan lupa kau tutup pintu!" ujarnya.
"Iya baiklah!" ujar Young Gu dari dalam kamar mandi. 
***

Chun ho sedang memegang kain lap berwana biru, tampaknya siang atau sore hari. Biasanya kegiatan keagamaan kan dimulai pagi hari. Adegan makan tadi mungkin makan siang. Chun Ho menghampiri Leader yang sedang ngepel lantai. "Ayo kita keluarkan dia dalam dua hari." bisik Chun Ho ke Leader.
Leder yang sedang bekerja bertanya ke Chun Ho yang ikutan membungkuk seperti orang ngepel juga ke Leader. "Mengapa begitu?" tanya Leader.



Man Boem dan Bong Shik mendekat. Man Boem bertanya "Kenapa dua hari?" tanya Man Boem. 
"Acara keagamaan. Ini hari kedatangan-Nya." timpal Kakek Seo yang tiba-tiba ikut nimbrung di kelompok tersebut. Beberapa narapidana tampak melihat ke arrah mereka yang berkumpul, begitu juga sipir. 
"Chun Ho, kau pintar." ujar Bong Shik ke Chun Ho. Yang lain mulai meninggalkan Chun Ho, Man Boem dan Bong Shik untuk melakukan pekerjaanya. Bong Shik menambahkan, seorang penipu pintar.

Tentu saja Chun Ho berang dan berdiri. "Aku bukan penipu!" ujarnya berang ke arah Bong Shik. Man Boem kemudian mendorong Chun Ho yang tampak ingin berkelahi dengan Bong Shik. 
"Memang ada harta karun di kapal!" seru Chun Ho. Mungkin Chun Ho menyebutkan kasusnya yang kita tidak tahu. Kemudian Leader datang, menyerukan berkumpul. "Bawa diam-diam dia dalam dua hari. Oke?" perintah Leader ke empat rekannya. "Oke!" sebut Chun Ho yang disertai anggukan lainnya.


"Oke? Untuk apa?" tiba-tiba sipir yang biasa nongol di sel 07 menghampiri kelompok itu membawa pentungan. Semuanya pun pura-pura asik mengerjakan pekerjaanya, alias bubar. Hahaahhahah. 
"Mengapa kalian berkumpul dan berbisik-bisik?" ujarnya dengan mulut yang dimonyong-monyongkan dengan kesal. "Jangan berkumpul! Paham?" teriaknya ke semua penghuni lapas. "Ya, Pak!" seru penghuni sel 07 tak kalah kencangnya dengan sipir. Hahahha. "Oke." ujar Sipir kemudian berlalu.
***

Adegan beralih ke dalam sel 07. Chun Ho mencium foto wanita bertelanjang bertuliskan Monica di dinding sel. Di dinding memang tampak foto-foto seronok yang digunting dari majalah Play Boy. Dia tampak mengagumi wanita barat tersebut. Ia mengeluh ke foto. "Monica. Aku mengalami hari yang berat. Tidur yang nyenyak. Sampai jumpa dalam mimpiku." ujarnya.
"Man Boem. Ayo tidur." ujar Leader menyuruh Man Boem yang masih berjaga mengintai lorong. Posisinya di belakang pintu sel. Sedangkan Yea Sung tidur di sebelah ayahnya. Young Gus masih asik mencubit pipi anaknya.

Man Boem kemudian berdiri menarik tali yang ternyata menghubungkan ke lampu. Wah.. keren.. mereka kreatif. Untuk meredupkan lampu di malam hari, mereka merancang dus untuk menutup cahaya lampu dan melubanginya berbentuk bintang dan bulan. Sehingga tidur malam tidak terang. 
"Ayah, aku minta maaf. Ini gara-gara aku minta tas Sailormoon itu." ujar Yea Sung ke ayahnya. 
"Akan ku beli tas Sailor Moonnya." ujar Young Gu. 
"Langsung beritahu hakim yang sebenarnya." ujar Yea Sung. 
"Ya, yang sebenarnya." ujar Young Gus.
"Ayah bukan orang jahat."
"Ayah bukan seorang penjahat." ulang Young Gus. Yea Sung mengangguk. Kemudian Yea Sung melihat penutup lampu ruangan dari karton yang mengeluarkan cahaya seperti bintang dan bulan. Yea Sung mengagguminya. "Wow! Cantik sekali!".



"Yea Sung juga cantik." ujar Young Gus. (arghhht.. aku kebiasaan ni membuah Young Gus.. padahal terjemahan sudah menjadi Young Gu dari tadi).
"Bukan! Yang itu bintang-bintang dan bulannya!" tunjuk Yea Sung. Young Gu pun melihat ke arah yang ditunjuk Yea Sung. Ikut mengagumi kecantikannya. 

Dari atas tampak aturan tidur mereka. Mulai dari Man Boem di dekat pintu, kemudian Chun Ho, Young Gu, Yea Sung, Leader, kakek Seo dan Bong Shik dekat WC.. ahhahaha.

Tiba-tiba Man Boem terbangun mendengar langkah orang. Dia mengeluarkan senjatanya, kaca di pena dan menjulurkannya dari jendela pintu sel. "Boss!" ujarnya ke Leader yang langsung bangun. Leader kemudian menggendong Yea Sung. Chun Ho menyuruh Leader bersembunyi sembari membekap mulut Young Gu yang tidak rela anaknya ditarik dari dirinya.



Leader tampak panik menggendong Yea Sung ke sana-kemari di ruangan kecil itu. Kemudian Yea Sung melepaskan diri dari gendongan Leader dan berlari ke arah pintu. Di saat yang sama muncul kepala sipir di bagian atas terali melihat Leader yang hanya mengenakan celana pendek dan baju singlet. Dia terkaget. Di bawah pintu melindungi Yea Sung ada Man Boem. Sementara Chun Ho memeluk Young Gus untuk tidur. 

"Apa yang membawa mu kemari?" tanya Leader ke Sipir yang mengitarkan pandangan ke dalam sel. 
"Suara apa itu?" tanya sipir yang tampak curiga.
"Suara apa?" tanya Leader pura-pura bego. "Igauan?" tanyanya.
"Aku mendengar suara perempuan!" ujar sipir.
"Siapa itu?" tanya Leader seolah tidak tahu. Sipir kembali melihat ke dalam penjara. Yang tampak hanya Chun Ho, Young Gu, Kakek Seo dan Bong Shik tidur, kurang satu lagi, Man Boem. 
"Kau menakiti kita." sebut Leader dengan tampang serius. 
"Aku dengar suara perempuan! Aku bersumpah!" ujar sipir yang agak hormat ke Leader yang merupakan gengster.
"Aku berharap punya anak perempuan." sebut Leader menggaruk lehernya, sementara kakinya bergerak menyuruh Man Boem keluar dari bawah pintu.
"Kudengar katra 'bintang dan bulan'!" ujar sipir lagi.
"Aaaa.. yeeee.." ujar Leader sembari menggerakkan kakinya menyuruh Man Boem keluar. 

"Ada apa?" tanya sipir. Tiba-tiba sebuah tangan muncul dari bawah pintu. Aduuuh, gayanya kagak nahaaan. "Jawab aku sekarang. Apa-apaan ini?" tanya sipir ke arah Man Boem yang sudah memperlihatkan wajahnya dengan bunyi-bunyian seperti suara perempuan. hahahahah.
"Bintang dan bulan!" ujar Man Boem manja seperti suara perempuan.

"Kau memang benar-benar sudah gila. Tidurlah kembali!" ujar sipir ke Man Boem yang genit sembari menjitak kepalanya dua kali. Yea Sung menahan tawanya di bawah pintu. (Aku juga tertawa..wakkakakaka).
***

Saat pagi hari, Bong Shik melihat ke dinding tempat gambar Monica biasanya terpajang. "Chun-ho? Ini benar-benar gawat!" sebut Bong Shik yang mendapat perhatian dari teman-temannya. 
"Ada apa? Monica!" sebut Chun Ho histeris. Yang lainnya ikut terbelalak. Ternyata gambar Monica yang tadinya bertelanjang telah berubah mengenakan baju Sailor Moon. "Ini gambar favoritku!" tangis Chun Ho. "Mengapa Yea Sung? Mengapa?" rengeknya.

(Sengaja dikecilkan ya.. soalnya gambar di sampinga vulgar..hehehe)
"Dia terlihat kedinginan, jadi aku pakaikan baju." ujar Yea Sung polos. Yea Sung juga mengenakan baju tahanan warna orange. 
"Aiiiisssshhh.. Dingin? Aku tidak percaya ini!" Chung Ho geram. 
"Ini melanggar privasinya." ujar Man Boem. Leader hanya tersenyum melihat kejadian itu. Chun Ho mencoba menghapus tinta di gambar Monica.
"Yea Sung, apa yang dipakai gadis itu?" tanya Leader dengan santai ke Yea Sung.
"Dia Sailor Moon!" jawab Yea Sung kemudian berlari ke arah foto 'Monica.
"Sailor Moon?" tanya Leader.
"Sailor Moon." jawab Yea Sung dekat foto Monica yang telah memakai baju.
"Siapa Sailor Moon?" tanya Leader.
Yea Sung pun memperagakan gerakkan Sailor Moon yang biasa ditarikannya dengan Young Gu. "Atas nama keadilan! Aku akan menghukum mu!" seru Yea Sung dengan gerakkan kahas nya. Kakek Seo dibuat terpana.





"Hakim juga sering berkata begitu." ujar Bong Shik tertawa.
"Kalau begitu, hakim Moon?" sela Leader, membuat semua orang tertawa. 
"Kau tidak tahu lagu ini?" Kemudian Yea Sung menyanyikan soundtrack lagu Sailor Moon dengan gerakannya. Young Gu ikut menyanyi dan menarikannya. Semua penontonnya tertawa senang, Kakek Seo bahkan ikutan menari.
"Diam, duduklah. Kenapa dengannya?" ujar Leader menunjuk ke arah kakek Seo yang tertawa gembira pagi itu. 

Chun Ho dan Bong Shik berdiri dan meminta Young Gu untuk berhenti tertawa dan bernyanyi karena takut didengar oleh sipir. Giliran Leader dan Man Boem menyuruh Yea Sung duduk. Tetapi mereka tetap masih bernyanyi dan berlari.
***

Keesokan harinya, giliran Chun Ho yang mendorong troli keranjang pakaian kotor. Sambil mendorong trolinya di depan sipir di lorong, Chun Ho menyapa sipir dengan riangnya. Sipir melihat ke arah troli yang dibawa Chun Ho, tetapi tidak curiga. Tampak Yea Sung mengintip dari balik pakaian yang ditimbunkan di dalam troli tersebut. Chun Ho menyuruhnya kembali menunduk.






Di sebuah lorong tampak Man Boem berjalan seperti robot, dia mendapat kode dari Chun Ho. Chun Ho memberi Man Boem jalan serta troli yang berpindah tangan ke dia. Di belakang Man Boem ada Leader yang berjalan seperti menari. (hahahahah). Chun Ho menyerahkan kitab ke tangan Leader dan berkata "Sempurna! Haleluya!". "Amin" jawab Leader dengan senyum. 



Man Boem masih membawa troli, di belakangnya Leader mengikuti. Leader memberi kode, troli berpindah tangan ke Leader, leder melemparkan buku ke dalam troli. Sementara Man Boem mendorong seorang tahanan yang ada di depannya. "Ku ingatkan kau agar berhati-hati dengan celana renda ku!" Akting Man Boem yang marah kepada teman sesama napi didamaikan dua petugas sipir yang ada di sana. Sementara Leader mendorong troli ke arah aula. 



Leader membuka pintu aula. "Oke," ujarnya. Kemudian mengangkat Yea Sung dari troli dan berkata: "Yea Sung. Tekunlah belajar. Jaga diri!" petuahnya sembari meletakkan alkitab ke kepala Yea Sung dan berkata "Amin! Amin. Pergilah!".



Yea Sung pun berlari ke dalam aula. Namun ia terkejut dan menghadap ke arah Leader. Leader bertanya ada apa. Dia pun bergegas menyusul Yea Sung.

Bersambung ke Part 4

Tidak ada komentar: