Kadaluarsa Rokok vs Kode Produksi

Hari ini, Minggu 3 April 2016, seperti 7 bulan terakhir, saya menunggu kedai kecil yang ada di rumah. Di kedai ini tersedia aneka kebutuhan rumah tangga, hingga rokok. 

Sekitar pukul 12.00 WIB, saat panas terik melanda kota Duri dan sekitarnya, saya kedatangan pembeli anak-anak yang berusia sekitar 11/12 tahun. Seperti biasa anak ini memang sering disuruh orang tua atau pamannya untuk membeli keperluan rumah ke kedai kami. Kali ini ia membeli rokok yang katanya untuk paman/om nya. Ternyata rokok yang ditanyakan tinggal satu bungkus, dan itu pun rokok display. Setelah membawa uang kembalian beserta rokoknya, ia pun kembali pulang. Rumahnya kira-kira berjarak 100 meter dari rumah kami. 

Hanya berselang 5-7 menit, anak itu kembali dan mengatakan bahwa rokok yang dibelinya telah expired alias kadaluarsa. Saya tentu saja heran karena setau saya tidak ada tanggal kadaluarsa rokok. Saya pun teringat dengan kode produksi rokok dan memeriksa kode yang dimaksud. Ternyata tertanggal 12/11/2015 seperti pada gambar. Saya pun mengatakan pada anak itu untuk menyampaikan pada omnya bahwa itu bukan tanggal kadaluarsa, tetapi tanggal produksi. Saya pun menjelaskan kepada anak itu yang sayangnya dia tidak paham. Saya pun mengatakan, kalau kamu belum paham, minta abang atau oom mu itu ke sini biar saya terangkan tentang tanggal produksi kepadanya. Anak itu pun mangut-mangut dan kembali pulang membawa sebungkus rokok itu. 

Beberapa saat kemudian, si anak kembali lagi membawa serta abangnya, seorang remaja yang saya perkirakan berusia antara 14-19 tahun. Anak remaja itu mengatakan bahwa rokok tersebut expired, itu menurut omnya. Saya kembali menjelaskan kepadanya bahwa tanggal yang dimaksud adalah tanggal produksi bukan tanggal kadaluarsa. Namun dia mengatakan bahwa rokok itu telah lama. Tentu saja saya ketawa, karena diproduksi masih bulan 11 lalu , artinya baru 4 atau 5 bulan. Itu menurut fikiran saya. Namum, saya berniat baik mengembalikan uangnya jika dia tak berkenan. Saya mulai menghitung uang sesuai harga rokok tersebut. Namun, saat mengambil bungkusan rokok, ternyata segelnya telah dibuka. Tentu saja saya tidak bisa menerimanya. Karena kedai kami tidak menjual rokok batangan. Keluarga kami pun tidak ada yang merokok. Saya pun mengembalikan rokok kepada anak itu. 

Ternyata si oom yang menyuruh keponakannya ubtuk membeli rokok kembali mengutus keponakannya yang sudah remaja bersama keponakannya yang pertama untuk mengembalikan rokok tersebut karena tidak terima. Anak itu pun membawa serta sebungkus rokok yang sama memperlihatkan kode produksi dan cukai rokok tersebut. Tentu saja cukainya sudah berbeda karena ada kenaikan harga rokok dibandingkan tahun sebelumnya. Saya pun menjelaskan bahwa saya sudah berniat mengembalikan uangnya. Namun saya tidak bisa terima karena plastik telah dibuka dan segel telah rusak. Si remaja berbalik dengan kesal. 

Hanya beberapa menit, si oom datang dengan remaja tadi, minus anak yang pertama. Saat datang dia pun langsung mengamuk dan mengatakan bahwa kami menjual rokok kadaluarsa. Saya mencoba bersabar dan membiarkan dia melepaskan emosinya terlebih dahulu, yang ternyata tidak kunjung reda. Beberapa ibu yang kebetulan datang berbelanja terbengong melihat aksi si oom. Mencoba menentramkan perasaan geram bercampur jengkel, karena si oom berkeras mengatakan bahwa rokok tersebut expired. Saya katakan rokok tidak expired dan saat dibeli bungkusnya masih utuh artinya tidak masuk angin. 

Dia pun mengatakan bahwa jika saya tidak mau mengembalikan uangnya. Tentu saja saya tidak terima, karena saya tadi mau mengembalika  uang kepada keponakannya, tetapi tidak jadi karena segel rokok telah rusak. Dia masih tidak terima dan mengatakan bahwa dia bukan baru merokok jadi bisa membedakan mana rokok kadaluarsa dengan rokok baru dan rasanya (katanya) pun berbeda. Kemudian ia membanting rokok tersebut dan berlalu lengkap dengan menggas motornya kencang-kencang. Ibu-ibu yang kebetulan berbelanja hanya geleng-geleng kepala melihat tingkahnya. Dan saya pun sudah kepalang emosi melihat tingkah si oom yang kalau dilihat dari tampangnya berusia masih di bawah saya. Lengkap dengan kecongkakannya. 

Sebenarnya perkara tanggal produksi rokok ini saya pernah tanyakan kepada agen rokok. Mereka mengatakan bahwa rokok tidak akan masuk angin (yang diartikan banyak perokok sebagai masa kadaluarsa) apabila bungkusnya tidak rusak. Dan rokok yang saya jual tidak rusak! Jika ditanyakan tentang rasa, tentu saya tidak tau karena saya bukan perokok. 

Intinya, saya mau saja mengembalikan uang yang bersangkutan asal rokoknya tidak dibuka. Tetapi rokok tersebut telah dibuka. 

Ini menjadi catatan penting bagi saya dan mungkin bagi pembaca bahwa kita perlu meneliti tanggal kadaluarsa produk sebelum membuka segelnya. Karena bagaimana pun, segel yang telah dibuka/rusak tidak bisa dikembalikan.

Khusus bagi perokok, sangat ironis Anda mencemaskan rokok kadaluarsa dan takut keracunan sementara rokok itu sendiri racun yang Anda hisap setiap hari.